Blogger

Saturday 26 November 2016

Cross Selling and Up selling

Seni Menjual Cross-Selling dan Up-Selling Berbicara tentang Double Revenue, tentu kita akan berbicara tentang Marketing dan Sales. Double Revenue bisa terwujud dengan gaya marketing yang keren tanpa harus memaksa. Pelanggan yang menggunakan jasa Kantor Pos adalah Pelanggan yang akan merasa beruntung menjadi pelanggan Kantor Pos. Sehingga kesetiaan mereka terus menerus hanya kepada Kantor Pos. Pada dasarnya memang apapun bisa dijual di Kantor Pos, cuma yang agak menghambat adalah mental diri untuk mau melakukannya atau tidak. Terlepas dari anggapan-anggapan negatif tentang Marketing & Sales, marilah kita belajar cara menjual yang benar, bukan menjual untuk memanfaatkan orang lain, apalagi untuk menipu yang semakin merusak citra perusahaan. Membangun mindset baru kuncinya, yaitu menjual untuk membantu orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka atas kualitas produk dan layanan yang terbaik. Bukan hanya tentang uang, tapi tentang kepedulian sosial, sehingga keberkahan dapat diterima. Nah pada kali ini kita akan membahas teknik umum yang wajib diketahui oleh kita, yaitu mengenai seni menjual yang sering digunakan oleh tenaga pemasar / penjual, tentunya secara jelas dan padat. Berjualan dengan cara-cara di bawah adalah contoh cross selling dan up-selling. Tujuannya sama, yakni berusaha meyakinkan pembeli untuk membeli lebih banyak. Teknik-teknik tersebut adalah : 1. Cross-Selling Sebagai contoh cross-selling, ketika pelanggan bayar listrik, PDAM, dan Pajak di Kantor Pos maka tips cross-selling frontliner kita adalah dengan menjual pulsa kepada pelanggan. "Bapak, mau beli pulsa hape nya ?" atau "Ibu, kembaliannya sisa 7 ribu, ditambah 5 ribu lagi bisa beli pulsa hape." Cross-Selling adalah "Seni Menjual Produk atau Jasa A Untuk Kemudian Bisa Menjual Produk B, C, dan D" Cross-Selling adalah "Menjual Produk Yang Berbeda" Kita sering menemukan penawaran ini di Alfamart dan Indomart. Bukankah frontliner kita juga bisa melakukan cross selling seperti diatas ? Mudah dan simple bukan? Jika seluruh outlet Kantor Pos kita melakukan apa yang dilakukan oleh pesaing maka Double Revenue bukan hanya sekedar Double Revenue yang kita dapatkan. Selain itu pelanggan akan merasa di hargai ketika kita memberikan pelayanan yang lebih dari apa yang dibutuhkan oleh pelanggan. 2. Up-Selling Seni menjual produk atau jasa A agar dapat ditingkatkan penjualannya menjadi A+ atau A++ atau A+++. Up selling adalah kegiatan menjual produk dengan kategori yang sama. PT Pos Indonesia memiliki banyak produk yang dapat dijual dengan menggunakan Cross Selling dan Up Selling. Untuk produk yang belum dikenali pelanggan, dapat kita jual dengan menggunakan cross selling. Akan tetapi jika pelanggan terbiasa menggunakan dengan satu produk yang terkadang terdapat complain banyak maka kita dapat menggunakan up-selling, menukarnya dengan produk terbaru yang lebih berkualitas dan dapat meningkatkan benefit perusahaan. Contoh Up Selling Weselpos : Pelanggan : "Mbak, saya mau kirim uang ke saudara saya di Jakarta, pakai Wesel Pos yang besoknya sampai ya !" Fronliner : "Mas, pakai Weselpos Instan saja biayanya hanya beda enam ribu dari Weselpos Prima, Mas bisa dapat NTP dan PIN langsung bisa di cairkan setelah saya transaksikan". Kantor Pos Sungaipenuh menerapkan seni menjual Cross Selling dan hasilnya sangat-sangat memuaskan. Dibandingkan dengan tahun 2015 transaksi pulsa di Kantor Pos Sungaipenuh tumbuh sekitar 3.000 trx sampai bulan juli 2016. Cross-Selling adalah harga mati untuk frontliner. Bagaimana kalau seni menjual Cross-Selling dan Up-Selling ini dilakukan di seluruh Kantor Pos di Indonesia? Pastinya akan menambahkan pendapatan bukan? Untuk kita semua, mari kita berjualan dengan cara yang mudah untuk menjadi Double Revenue !

Best service Pos Indonesia

BAB I Pendahuluan I . 1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki cara tersendiri agar meraih tujuan utamanya yaitu mendapatkan keuntungan yang besar, karna seperti yang kita kita ketahui zaman sekarang penuh persaingan apalagi seperti yang terjadi di bisnis perposan. Oleh karena itu setiap perusahaan perlu lebih menyiapkan diri untuk dapat lebih bersaing dengan para kompetitor. Seperti layaknya sepakbola, bagus tidaknya sebuah team tergantung cara mangement club dalam mengelola teamnya dimulai dari pemilihan pelatih dan team medikal, perekrutan pemain dan strategi permainan. Sama halnya dari itu PT Pos Indonesia yang pada dasarnya perusahaan yang bergerak jasa sangat bergantung dari cara management dalam mengelola perusahaan. I. 2 Tujuan Penulisan Tujuan Umum Pembuatan Artikel ini adalah untuk mengikuti lomba menulis artikel Ke-2 bagi karyawan PT Pos Indonesia (Persero) tahun kedua seusai dengan edaran yang diterbitkan pada portal wahana yaitu Surat Edaran Direktur SDM dan UMUM tanggal 17 juli 2013 nomer SE 78/DIRSDM/0713 Tujuan khusus artikel ini adalah untuk memberikan informasi, saran dan motivasi bagi insan pos dalam bekerja di PT Pos Indonesia (Persero). BAB II Pembahasan II. 1 Gambaran umum Seperti yang kita ketahui saat ini PT Pos Indonesia tidak murni bergerak dalam bidang jasa kurir atau pengiriman barang dan mulai bergerak ke jasa pembayaran non perbankan dan perbankan, hal ini merupakan salah satu cara management untuk dapat lebih bertahan dan kokoh dalam persaingan sampai-sampai Menteri BUMN Bapak Dahlal Iskhan pun mengangkat jempol dengan peubahan ini. Disamping kesuksesan PT Pos Indonesia ini masih banyak PR bagi kita semua selaku insan pos untuk selalu melakukan perubahan dan perbaikan agar lebih baik dikemudian hari khususnya dalam bidang pelayanan. Mari kita tengok akun FB admin perusahaan kita, saya cukup kaget ternyata begitu banyaknya komplain yang ditujukan ke akun tersebut cukup miris juga membaca isi akun tersebut yang penuh dengan komplain. Bermacam-macam keluhan yang ditujukan ke akun tersebut, dimulai dari Pos lambat lah, pelayanan kurang bagus lah dll. Dari keluhan diatas saya ingin mengambil keluhan tentang pelayanan, kenapa ini bisa terjadi?? Sekarang PT Pos Indonesia telah melakukan banyak perbaikan fasilitas” dan Gedung untuk bisa bersaing dengan perusahaan kompetitor seperti Bank, dengan miniru sedikit gaya Bank seperti perbaikan vestibule, pemasangan AC dll tapi kenapa masih saja ada keluhan tentang pelayanan ya??. Padahal para pejuang pos pendahulu sangat disegani dan dihormati lho oleh para masyarakat. II . 2 Pokok Pembahasan Mari bahas tentang pelayanan apakah pelayanan itu, mungkin semua orang sudah mengenal pelayanan itu apa. Pelayanan adalah bentuk pemberian layanan atau servis yang diberikan kepada pelanggan atau konsumen. Ternyata kualitas pelayanan tergantung dari beberapa hal yaitu: 1. Pemimpin (atasan langsung dari orang yang memberikan pelayanan langsung ke konsumen) 2. Strategi dalam pelayanan dan SDM 3. Sarana Untuk itu mari kita bahasa hal-hal yang terdapat diatas. A. Pemimpin A. 1 Mengontrol Emosi Akhir-akhir ini saya suka nonton sebuah episode dari internet, judulnya Hotel Hell. Dibintangi oleh seorang 3-Michelin-Star Chef (penghargaan tertinggi seorang koki), Gordon Ramsay. Beliau ini memang terkenal karena emosinya yang meledak-ledak di serial Hell’s Kitchen. Walaupun emosinya tinggi, beliau adalah seorang pemimpin yang sangat efektif. Tau saat mengkritik, namun juga sangat tau kapan harus memotivasi. Kali ini beliau mengambil satu peran unik. Membereskan hotel-hotel yang sudah berantakan dan hampir “tewas’. Tujuannya adalah, tidak akan check out sebelum hotel ini menjadi profitable dan running well kembali. Di serial ini Gordon Ramsay sering kali frustasi. Melihat kamar yang banyak kecoak, seprainya bolong, makanannya tidak enak, gaji karyawan tidak dibayar, dan banyak tantangan lain lagi. Di antara begitu banyaknya masalah, selalu ada satu hal yang selalu sama.Yaitu, selalu saja pemiliknya yang merangkap pimpinan, ditegur keras oleh Gordon. Bahkan kadang sampai dikurung! Ternyata dari film Hotel Hell saya bisa mengabil arti cerita begitu pentingnya seorang pemimpin, sebagai pemimpin kita harus lebih pandai mengatur SDM dan mengendalikan segala hal salah satunya mengendalikan emosi pemimpin itu sendiri kenapa demikian secara tidak langsung jika pemimpin tidak bisa mengontrol emosi baik itu terhadap konsumen ataupun bawahan, maka bawahan pun akan meniru sedikit demi sedikit prilaku pemimpinnya itu. Seperti layaknya anak yang meniru prilaku ayahnya. A. 2 Memberikan Motivas kepada bawahan Selain ini pemimpin yang baik juga harus pandai memberikan motivasi pada bawahannya hal ini dilakukan agar bawahan lebih semangat dalam bekerja dan terciptanya pelayanan yang terbaik., Berikut saya berbagi dari buku yang saya baca tentang motivasi. Seorang karyawan yang tidak memiliki motivasi kerja akan merasakan tekanan dalam bekerja dan produktifitas mereka cenderung menurun. Jika Kita sebagai pemimpin perusahaan menemukan karyawan yang produktifitasnya menurun, sebaiknya ajak dia untuk berbicara empat mata dan gunakan kesempatan ini untuk menanyakan kondisi dan penyebab menurunnya produktifitas dia, sebelum karyawan Kita tersebut mulai berpikir untuk “pindah” bekerja ke perusahaan lain. Menurunnya motivasi karyawan juga dapat disebabkan karena kurangnya perhatian perusahaan terhadap karyawan, oleh karena itu perusahaan harus membuat sebuah sistem “reward” yang baik untuk karyawan sehingga mereka dapat termotivasi untuk bekerja dan menghasilkan karya yang baik. Untuk memotivasi karyawan dapat dilakukan mulai dari hal yang sederhana seperti : • Pujian Jangan pernah “pelit” memberikan pujian kepada karyawan Kita. Sebuah pujian dari atasan akan memberikan motivasi yang luar biasa bagi karyawan sebab mereka merasa hasil kerja mereka dihargai. Hal yang sederhana seperti ini harus Kita lakukan sesekali tetapi jangan terlalu sering dilakukan karena jika terlalu sering dilakukan, pujian Kita akan terdengar biasa saja dan tidak memberikan efek untuk memotivasi mereka. • Berikan tugas yang lebih menantang Berikan tugas yang lebih menantang kepada karyawan Kita sebagai suatu bentuk kepercayaan yang lebih baik. Tidak semua karyawan bekerja untuk mendapatkan uang saja, ada juga karyawan yang bekerja untuk mendapatkan pengalaman dan karir yang lebih baik lagi, sehingga cara ini sangat tepat Kita gunakan kepada karyawan yang sudah cukup lama dan kompeten dalam menyelesaikan tugasnya sebagai langkah awal Kita untuk mempertimbangkan promosi kenaikan jabatan karyawan Kita tesebut. • Berikan program pengembangan profesional Jika perusahaan kita sudah berkembang pesat, ada baiknya jika kita mengalokasikan dan untuk memberikan pengembangan diri profesional kepada karyawan kita (bukan hanya pada pemimpinnya saja). Ada beberapa keuntungan yang akan kita dapatkan jika Kita berinvestasi kepada sumber daya manusia yang ada pada perusahaan Kita diantaranya : • Sebagian pekerjaan yang sulit dapat Kita distribusikan. • Pekerjaan menjadi lebih cepat selesai. • Hemat waktu • dan lain – lain. Pemberian program ini dapat dilakukan dengan cara memberikan training, seminar, workshop atau bahkan menyekolahkan kembali karyawan Kita untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga dapat membantu sebagian pekerjaan Kita. • Bonus Bonus merupakan salah satu cara untuk memotivasi karyawan yang efektif, oleh karena itu buat sistem pemberian bonus yang baik supaya karyawan Kita termotivasi untuk menyelesaikan setiap pekerjaannya tepat pada waktunya. Tentunya bonus ini diberikan khusus karyawan yang berprestasi dan memiliki pelayanan yang cukup besar atau baik. Supaya antar karyawan bisa lebih bersaing untuk memberikan pelayanan maksimal • Kenaikan Gaji Selain bonus, kenaikan gaji merupakan salah satu hal yang bisa meningkatkan motivasi kerja karyawan, terutama karyawan Kita yang sudah lama bekerja. Tentu saja jumlah kenaikan gaji karyawan Kita ditentukan berdasarkan performance kerja mereka dan sistem pengukuran kinerja ini harus diberitahukan kepada mereka sehingga mereka tahu poin–poin apa saja yang menjadi tolak ukur performance, hal ini akan membantu mereka untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja mereka pada poin – poin yang dinilai lemah. Tapi sulit juga untuk di pola kenaikan gaji di pos yang bertahap per periode tanpa menilai karyawan itu berkualitas atau tidak, mudah mudahan ada perbaikan dalam pola kenaikan gaji ini. Walaupun saat ini sistem SMKI dan SMKU sudah berlaku tapi jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang memberikan penghargaan kenikan gajih yang cepat bagi karyawan dengan performance yang bagus sangat jauh berbeda. • Buat Wall of Fame Buat Wall of Fame untuk menambah motivasi kerja mereka. Lakukan ini untuk membuat setiap anggota tim Kita berkompetisi untuk menjadi yang terbaik dan publikasikan hal ini kepada pengguna Kita atau website perusahaan sehingga karyawan Kita menjadi lebih percaya diri dan membuka peluang dia untuk karir yang lebih baik. B. Strategi dalam pelayanan Nah ini yang paling penting lagi karena kita harus merencanakan strategi saat berhadapan langsung terhadap konsumen. Mari kita mencontoh ke salah satu pelayanan di perusahaan lain, banyaknya cara yang dilakukan setiap perusahaan agar meningkatkan kualitas layanan di bagian ini. Misal di Bank saat kita baru memasuki Bank kita disambut pelayanan security dengan dibukakan pintu dan ucapan selamat datang, kemudian saat kita akan transaksikan di teller kita di awali ucapan selamat datang ada yang bisa di bantu dan pada saat selesai transaksi diakhiri uacapan ada yang lain yang bisa dibantu?. Berbeda lagi Pelayanan di TransJakarta yang setiap pegawai pakai yang berbunyi “Tegur Jika saya kurang ramah & sopan dalam pelayanan, saya mau berubah” kemudian Srategi Pelayanan Transjakarta sendiri yaitu pelayanan pembelian karcis mereka melayani dengan senyuman, kemudian penjaga pintu busway yang mempersilahkan penumpang wanita duduk di depan dan pria dibelakang, kenyamanan tempat duduk bagi penyandang cacat, ibu hamil dan usia lanjut sudah disedikan. Selain itu perusahaan tersebut menyediakan pelayanan asuransi jika penumpang mengalami kecelakaan saat menumpangi busway yaitu asuransi jasa raharja dan jamsostek bagi pegawainya. Diluar halte/ koridor serta dalam busway juga penumpang dilarang untuk merokok karena dapat mengganggu kenyamanan para penumpang. Mungkin kata-kata dan strategi itu sederhana tapi cukup bermakna, apakah di perusahaan kita seperti itu juga??? C. Sarana Merupakan hal yang tidak bisa dilupakan, sekarang kondisi fisik kita lumayan banyaknya perubahan akan tetapi ternyata dalam bidang jaringan perusahaan kita masih terjadi gangguan, hal ini banyak dikeluhkan khususnya oleh para konsumen sering datang ke kantor cabang (khususnya yang menggunakan modem) di bawah KPRK tempat saya bekerja. Mudah-mudahan untuk kedepannya semua kantor cabang di KPRK saya mendapat perbaikan dalam bidang jaringan. Demikian artikel ini saya buat, mohon maaf ada kata-kata yang kurang pas, semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk perbaikan di perusahaan kita umumnya. Untuk diri kita masing-masing khususnya. terimakasih

Grade dan Knowledge di pos indonesia

Semua hal di dunia pasti berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Tanpa pilih target baik benda bergerak maupun tidak bergerak, hidup ataupun mati. Begitu pula dengan aktifitas sebuah perusahaan yang bergerak dibidang penyedia layanan Surat, Paket, dan Logistik. Semua terus berubah mengikuti perkembangan zaman serta tuntutan pelanggan terhadap layanan yang dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan pelanggan. Saking ketatnya tingkat persaingan disektor ini, para pesaing jasa pengiriman dokumen dan paket tidak malu-malu lagi menggunakan ikon atau simbol dari Pos Indonesia dalam mengemas produknya. Sebut saja perusahaan jasa titipan X yang tidak segan-segan menggunakan warna orange sebagai brand color. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menarik perhatian pelanggan serta pencitraan. Namun dilihat dari perkembangan dan perubahan itu semua rasanya tidak kalah juga Pos Indonesia dalam memenangkan persaingan itu. Berbagai terobosan telah dilakukan sebagai upaya untuk memanjakan pelanggannya. Persaingan yang positif dapat membangkitkan semangat seluruh karyawan Pos Indonesia untuk terus berjuang dan berkarya dalam upaya memajukan Pos Indonesia. Perubahan-perubahan tersebut tentu tidak langsung secara mudah terlaksana secara sempurna. Perubahan tentu menyita waktu dan energi lebih banyak baik energi Sumber Daya Manusia maupun energi pendanaan perusahaan untuk mencapai kondisi baru yang diinginkan. Waktu yang dialokasikan akan menjadi lebih banyak, karena sebelum sistem baru berjalan dengan lancar, sistem lama tetap dijalankan seiring dengan transisi ke sistem baru. Resiko kegagalan juga akan mewarnai proses perubahan tersebut, karena belum terbiasa dengan tatanan sistem baru yang ingin atau sedang diterapkan. Belum lagi faktor eksternal seperti persaingan yang tidak sehat dari beberapa pesaing. Seperti ungkapan “tak ada gading yang tak retak” begitu pula dengan sebuah sistem pembaharuan. Sepatutnyalah bahwa sebuah kesalahan-kesalahan kecil juga merupakan bagian dari perubahan tersebut. Dan dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk kesempurnaan serta dapat diambil hikmah dan manfaat dari hal tersebut. Secara positif, perubahan dipandang sebagai metode pengembangan sebuah perusahaan untuk menuju perbaikan dan penyempurnaan secara terus menerus. Karena muara dari itu semua adalah kesejahteraan. Kalau dilihat dari beberapa sudut pandang sebenarnya kesejahteraan itu adalah relatif, tergantung dari sisi mana kita menilai dan melihatnya. Secara garis besar sejahtera dapat dikategorikan kedalam beberapa kelompok, diantaranya : 1. SEJAHTERA DARI SEGI FINANSIAL Tolok ukur dari penilaian ini adalah materi. Kata kuncinya adalah kekayaan. Semakin banyak harta yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Dapat dirumuskan KEKAYAAN BERBANDING LURUS DENGAN KESEJAHTERAAN. Dalam hal ini beberapa masyarakat luas sangat sensitif dalam memahami proses menuju hidup sejahtera ini. Kecemburuan sosial akan timbul jika terjadi perubahan yang sangat mencolok pada seseorang dilihat dari sisi kesejahteraan. Ada beberapa orang pegawai atau karyawan dengan golongan rendah namun memiliki kekayaan yang berlimpah, begitu juga sebaliknya. 2. SEJAHTERA DARI SEGI SPIRITUAL Dari sisi ini hampir semua lapisan masyarakat menggunakannya sebagai patokan dasar untuk mengukur tingakat kesejahteraan. Karna sebagian masyarakat di Indonesia masih berada dalam rentang atau level menengah kebawah. Karna tolok ukur yang digunakan adalah perasaan batin atau kepuasan batin yang mana tingkatan teratas dari nilai sejahtera disini adalah kehidupan dalam keadaan SEHAT DAN DAMAI. Dari dua kategori tersebut diatas tentu seluruh manusia memiliki harapan yang besar untuk meraihnya, termasuk karyawan Pos Indonesia. Namun sejauh mana kemampuan karyawan Pos Indonesia untuk meraih hal tersebut ? serta kategori manakah yang telah berhasil diwujudkan oleh perusahaan untuk karyawan? Tentunya harus diteliti ulang proses untuk pencapaian tersebut. Untuk kategori pertama ( sejahtera dari segi finansial ) tentunya solusi yang dibutuhkan akan sangat mudah. Yaitu dengan menaikkan gaji karyawan. Secara matematis hal tersebut tentu sangat mudah untuk direalisasikan. Tingkatkan pendapatan perusahaan maka secara otomatis juga akan berpengaruh terhadap penghasilan karyawan. Namun hal tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua butuh proses serta upaya yang ekstra keras agar perusahaan memiliki kemapuan untuk merealisasikannya. Karna hal tersebut telah disimpulkan dalam suatu rumusan yang baku. SEMAKIN TINGGI PENGHASILAN KARYAWAN TENTU SEMAKIN SEJAHTERA KARYAWAN TERSEBUT. Sedangkan untuk kategori yang kedua ( sejahtera dari segi spiritual ) dibutuhkan energi yang besar untuk merealisasikannya, karena disini dibutuhkan sentuhan jiwa, rasa dan pikiran. Tak ada patokan baku untuk mengukur kesejahteraan dari segi ini. Namun suatu hal yang sangat mendasar yaitu kepuasan batin. Sesuai dengan misi Pos Indonesia, berkomitmen terhadap pelanggan yaitu dengan mengutamakan kepuasan pelanggan maka seyogyanya Perusahaan juga mengutamakan kepuasan karyawan. Beberapa hal yang dirasakan sangat menggelitik di hati karyawan adalah mengenai kesetaraan dalam berbagai hal. Baik dari hal memperoleh informasi serta memperoleh hak yang sama dalam kaderisasi serta sistem promosi. Sesuai dengan Keputusan Direksi PT Pos Indonesia (Persero) nomor : KD.50/Dirut/0612 tentang sistem manajemen karir. Di pasal 3 mengenai Prinsip-Prinsip Manajemen Karir sangat jelas dan tegas dinyatakan : 1. Prinsip Kesetaraan; berlaku sama bagi setiap Karyawan. 2. Prinsip Motivasi; mampu memotivasi karyawan agar mendayagunakan kemampuannya semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugas dan jabatannya. 3. Prinsip Keadilan; Karyawan yang memiliki kompetensi yang lebih baik mendapatkan peluang karir yang lebih besar. Jika keputusan ini diterapkan secara transparan dan adil maka ini juga merupakan bagian dari kepuasan batin bagi seluruh karyawan Pos Indonesia. Maka inilah yang dikatakan sejahtera spiritual. Selain hal tersebut tentunya juga ada beberapa hal yang diharapkan oleh karyawan unuk dapat diperhatikan oleh manajemen agar terus diperbaharui dan diup-date. Diantaranya adalah : A. Memposisikan Karyawan Sesuai Dengan Tugas dan Jabatannya. Dalam hal ini tentunya manajemen terus berusaha untuk berbenah serta merancang pola-pola yang tepat untuk menyelaraskan antara tugas dan tanggung jawab, agar hal tersebut dapat berjalan dengan harmonis dan berimbang. Dengan demikian maka proses kerja serta tanggung jawab tidak menjadi tumpang tindih. Seperti pembentukan / pemisahan area disetiap wilayah usaha pos. Pembentukan area ditubuh Pos Indonesia menjadi beberapa kelompok / bagian diantaranya: • Area Sumber Daya Manusia • Area Jasa Keuangan • Area Ritel • Area Penjualan • Area Operasi • Area Akuntansi • Area Teknologi Informasi Dengan pemisahan ini dapat menjadikan Tugas disetiap Area lebih terpola dan terlihat semakin profesional. Tak hanya sampai disitu tentunya akan lebih profesional lagi apabila diterapkan sampai pada level terendah dalam sistem organisasi di tubuh Pos Indonesia, yaitu di Kantor Pos Cabang. Jika hal ini diterapkan maka begitu besarnya hati para karyawan. Karena selama ini yang dirasakan oleh kepala kantor pos cabang adalah suatu beban mental sebagai Kepala Kantor Pos Cabang. Kenapa demikian? Karena secara keorganisasian jabatan kepala kantor pos cabang merupakan jabatan struktural yang merupakan jabatan yang sangat strategis dan penting. Kalau dilihat secara umum sebenarnya kepala kantor mempunyai peran sebagai seseorang yang mampu melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap operasional/administrasi kantor, koordinasi dan merumuskan serta melaksanakan kebijakan. Namun kenyataan dilapangan kepala kantor pos cabang adalah juga sebagai seorang Petugas Loket. Tak heran jika ada beberapa pelanggan yang keliru menyampaikan keinginannya untuk bertemu dengan kepala kantor pos cabang ( jika hasrat tersebut disampaikan kepada petugas loket) karena petugas diloket tersebutlah yang sebenarnya seorang kepala kantor. Tak hanya itu juga kepala kantor pos cabang juga harus lebih piawai dalam menjaga hubungan dengan seluruh pelanggan baik pelanggan individual maupun korporat. Tidak begitu halnya dengan seorang pengantar (bukan manejer pengantar) lebih fokus dalam melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya. B. Menerapkan Keputusan Direksi PT POS INDONESIA (PERSERO) Nomor KD.50/DIRUT/0612 tentang Sistem Manajemen Karir secara profesional. Manajemen karir adalah suatu hal yang sangat didambakan oleh seluruh karyawan. Dipasal 16 poin ke-3 tentang Promosi disebutkan bahwa keputusan promosi yang diberikan kepada Karyawan potensial (talent management) menggunakan penilaian dengan alat ukur yang jelas dan obyektif melalui proses asesmen yang dilakukan oleh Direksi. Karena begitu didambakan, maka seluruh karyawan termotivasi untuk mendayagunakan kemampuannya semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugas dan jabatannya. Asesmen yang dilakukan oleh Direksi memang merupakan kewenangan dari Direksi. Namun dibalik itu semua ada secercah harapan yang digantungkan oleh karyawan dalam proses asesmen tersebut. Asesmen yang adil, berlaku secara menyeluruh dan profesional sangat didambakan oleh karyawan. Tak ada salahnya juga jika tim yang menangnani asesmen melakukan benchmark ke instansi lain. Beberapa pola yang dapat diterapkan dalam asesmen promosi ini, diantaranya : 1. Promosi melalui asesmen yang adil ( Bukan NEPOTISME) Baru-baru ini sedang hangatnya dibicarakan dalam masyarakat Indonesia. Yaitu tentang jabatan lurah dan camat di propinsi DKI Jakarta. Yang menarik sebenarnya bukan jabatan tersebut melainkan adalah proses untuk meraih posisi tersebut. Seluruh PNS meiliki peluang yang sama untuk menempati posisi tersebut. Dengan sistem yang dinamakan lelang jabatan ini seluruh PNS dilingkungan Pemprov DKI Jakarta merasa termotivasi untuk berbuat lebih baik serta mampu bersaing secara sehat. Kunci dari sistem ini adalah tidak adanya calon tunggal dalam proses seleksi. Pos Indonesia juga dapat melakukan pembaharuan dalam hal ini, dengan melakukan benchmark kemudian dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Manfaat yang ditimbulkan adalah Pos Indonesia akan terhindar dari NEPOTISME. Nepotisme akan melemahkan pilar-pilar perusahaan yang sedang berkembang kearah yang lebih baik.Selain itu nepotisme juga akan mematahkan semangat dan integritas karyawan yang berharap untuk dipromosikan, dengan kata lain peluang untuk untuk dipromosikan akan tertutup walaupun karyawan tersebut lebih layak dan sanggup melaksanakan tugas dalam jabatan tersebut. 2. Promosi dengan mempertimbangkan GRADE. Grade adalah tingkat kedudukan seorang karyawan di perusahaan yang biasanya ditentukan dari kondisi Karyawan dengan variabel antara lain lamanya bekerja, tingkat pendidikan saat masuk, dan kecakapan dalam bekerja. 3. Promosi dengan mempertimbangkan Knowledge. Knowledge atau pengetahuan merupakan racikan informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki dengan kata lain suatu porses dan upaya untuk melakukan suatu tindakan yang lebih profesional. Dengan ketiga pola ini terdapat plus dan minus, namun hal yang dinilai sangat bijaksana adalah dengan menggabungakan antara knowledge, Grade serta Azas keadilan kemudian meninggalkan sejauh-jauhnya nepotisme. Karena Pos Indonesia bukanlah perusahaan turun temurun (PTT) melainkan perusahaan besar yang berkomitmen terhadap pelanggan serta karyawannya.

Curhatan Karyawan

Sepuluh Hal yang Tidak Diungkapkan Karyawan di Tempat Kerja No news is a good news. Mungkin sebagian orang pernah mendengar pepatah lama tersebut. Di sebuah perusahaan seringkali atasan beranggapan bahwa ketika semuanya berjalan smooth maka semuanya baik-baik saja. Tidak ada keluhan atau masalah apapun dari karyawan. Padahal bisa jadi sebetulnya banyak hal yang ingin disampaikan namun karyawan memilih diam saja karena menganggap atasan mereka terlalu defensif atau tidak akan menggubris. Dengan tidak adanya kepercayaan yang kuat pada atasan serta komunikasi dua arah yang tidak berjalan dengan baik, maka kesepuluh hal ini mungkin tidak akan pernah anda dengar dari karyawan. 1. “Saya sedang mencari pekerjaan baru.” Tidak perlu merasa terkejut ketika karyawan tiba-tiba mengajukan resign karena sudah mendapat pekerjaan lain. Sekali itu terjadi, maka sudah terlambat segala usaha yang dilakukan untuk mempertahankan karyawan. Ada banyak alasan yang membuat karyawan memutuskan berpindah kerja. Kunci untuk mempertahankan karyawan terbaik di tempat kerja adalah menanggulangi ketidakpuasan kecil sebelum ketidakpuasan tersebut menjadi masalah yang semakin besar. 2. “Saya tidak terlalu sibuk dan dapat mengerjakan yang lain.” Tidak banyak karyawan yang meminta pekerjaan tambahan pada manajernya. Kebanyakan orang akan mencari-cari agar terlihat sibuk dan memperlihatkan seolah mereka melakukan hal penting. Sebagai seorang atasan kewajibannya adalah memastikan karyawannya merasa tertantang, produktif, dan terlibat dalam pekerjaan dengan prioritas tinggi. 3.”Anda sangat buruk dalam hal tertentu.” Setiap individu memiliki kelemahan. Namun cukup riskan bagi karyawan jika yang harus menyampaikan kekurangan atasannya. Meminta feedback dan le bih penting lagi, merespon segala sesuatu tidak secara defensif akan membantu karyawan memback up kekurangan atasannya. 4. “Anda menunjukkan keakraban berlebihan.” Mungkin diluar pekerjaan anda memiliki kedekatan dengan beberapa bawahan dibandingkan bawahan yang lain. Anda berpendapat jika hal ini wajar dan tidak akan mempengaruhi profesionalisme. Namun hati-hati karena sesungguhnya kedekatan ini akan menimbulkan persepsi bahwa pertemanan anda mungkin mempengaruhi profesionalisme di tempat kerja. 5. “Kami berharap anda bisa memberikan kami ruang untuk kehidupan kami.” Memang bukan hal yang salah bergabung makan atau ikut karaoke dengan bawahan anda. Hal ini sesekali dapat dilakukan. Bagaimanapun juga anda tetaplah atasan. Tetap penting menjaga jarak pergaulan dengan bawahan. Karena manajer terbaik sekalipun akan jadi topik yang dibicarakan saat sedang berkumpul. 6. “Anda tidak memiliki petunjuk tentang apa yang saya lakukan dan juga tidak terlihat peduli.” Dalam menyelesaikan pekerjaannya, karyawan berekspektasi atasannya memiliki pemahaman yang baik tentang apa yang sedang mereka kerjakan. Hal terpenting, mereka ingin pekerjaannya tidak disepelekan dan mendapat apresiasi. 7.”Rekan kerja saya melakukan kesalahan namun tidak bertanggungjawab.” Banyak kasus dimana rekan kerja melakukan kesalahan yang dilimpahkan pada orang lain atau melakukan pembelaan agar terbebas dari hukuman. Tidak seorangpun suka mengadukan rekan kerjanya, oleh karena itu atasan wajib peka dan objektif pada hal-hal yang terjadi di tempat kerja. Atasan wajib memahami karakter karyawan. Siapa yang suka mengkambinghitamkan orang lain dan siapa yang dikambinghitamkan. 8. “Saya sedang berbicara dengan anda, dan anda tidak memperhatikan.” Apakah sebagai atasan anda sudah merasa mencurahkan 100% perhatian pada karyawan? Apakah anda sibuk mengecek email, melakukan multitasking, atau melamunkan hal-hal lain saat sedang berinteraksi dengan karyawan? Karyawan berhak atas perhatian penuh dan akan kehilangan respek saat mereka merasa tidak mendapatkannya. 9. “Anda tidak selucu yang anda pikirkan.” Ini merupakan realitas yang kejam namun nyata di dunia kerja. Hanya karena karyawan anda tertawa saat anda berusaha melucu, tidak berarti anda benar-benar lucu. Itulah apa yang karyawan akan lakukan di depan atasannya. Tidak ada salahnya mengoreksi diri, apakah humor anda terlalu sarkas, tidak sopan atau kurang pantas dilontarkan. 10. “Saya benar-benar tidak menyukai anda.” Kebanyakan manajer ingin disukai oleh semua karyawannya. Tapi ingin disukai oleh siapa saja merupakan hal yang tidak realistis dan bukan tujuan yang tepat sebagai seorang pemimpin. Menjadi seorang pemimpin bukanlah kontes popularitas. Akan lebih penting jika anda disegani dan dihormati karyawan. (dee/bs)

Berbenah atau Mati suri

Bukan Dinasaurus Bisnis di Era Digital Suasana hening dan mencekam ketika CEO Nokia Stephen Elop mengumumkan dalam konferensi pers bahwa Nokia harus diakuisisi oleh microsoft. Kalimatnya pendek, "We didn’t do anything wrong but somehow, we lost", Tapi penuh makna dan membuat seluruh jajaran direksi nokia menitikkan air mata. Ya Nokia memang tidak melakukan kesalahan apa apa. Sebagai pemain terbesar di industri telepon selular, Nokia memiliki pangsa pasar lebih dari 35% pada tahun 2006-2009. Visi dan misinya jelas sebagai pemain dunia yang mengandalkan "individual communication experience". Strateginya bening, inovasinya pun bagus. Ini tercermin dari anggaran research and development (R&D) yang mencapai 12% dari total sales, yang merupakan angka yang memang wajar dalam industri telekomunikasi kelas dunia. Lalu apa yang salah dengan Nokia? Pendahulunya Elop, yaitu Olli Pekka Kalllasvuo yang menjadi CEO Nokia sejak tahun 2006 ketika Nokia mencapai puncak kejayaanya menjelaskan bahwa dalam sejarah dunia bisnis, belum pernah terjadi perubahan yang sedemikian luar biasa. Tidak ada seorangpun yang mampu meramalkan perubahan yang akan terjadi dalam 5 tahun mendatang. Visi, misi dan strategi yang bagus terrnyata tidak cukup untuk memenangkan sebuah persaingan. Munculnya pemain baru yang "Disruptive" dalam hal ini adalah Blackberry, membuat Nokia kehilangan posisi strategisnya di mata pelanggan. Keunikan yang ditawarkan Nokia seolah menjadi usang ketika dihadapkan pada tawaran keunikan baru oleh Blackberry yang mengusung platform Blackberry Messenger. Blackberry sendiri juga akhirnya tidak mampu bertahan lama dan tergilas oleh perubahan, bahkan dalam kurun waktu yang lebih pendek. Samsung dengan sistem Androidnya dan Apple langsung membuat Blackberry runtuh. Walkman Sony berjaya pada tahun 1990-an sampai 2001, Walkman merajai industri alat pemutar musik analog yang portabel. Produsenya adalah Sony, yang tidak hanya memproduksi perangkat kerasnya saja, bahkan memliki perangkat lunaknya yaitu Sony Music Entertainment. Boleh dikatakan walkman Sony memonopoli industry tersebut dengan pangsa pasar kebih dari 90 %. Pergeseran media penyimpan dari kaset menjadi compact disc tidak memengaruhi dominasi Sony. Dengan segera dikenal produk Discman dari Sony yang kembali merajai pasar. Kemunculan teknologi digitasl awalnya diabaikan oleh Sony. Apalagi dengan kegagalan alat pemutar digital pertama kali merk RICO yang diluncurkan pada tahun 1999. Pada tahun tersebut, untuk mengunduh sebuah lagu dalam format MP3 membuthkan waktu 27 jam akbiat masih lambatnya komunikasi internet. Tentu saja hal ini menyulitkan bagi pengguna untuk mengunduh sebuah lagu. Sebagai pemain terbesar, Sony menganggap bahwa industri tidak akan mengalami perubahan drastis selama sang raksasa tetap bertahan. Sony memutuskan untuk tetap bertahan bahwa apabila bergeser ke digital, maka akan terjadi pelanggaran terhadap hak cipta lagu yang diciptakan akibat mudahnya sebah file digital untuk dicopy. Hal ini menyebabkan kanibalisasi bisnis perangkat lunaknya. Sony yakin akan tetap didukung oleh 'pemasoknya' yaitu para artis penyanyi yang tentu saja akan berkeberatan bila lagunya akan dibajak dan dicopy tanpa membayar royalti. Sony juga yakin kualitas discman jauh lebih bagus dibandingkan dengan alat pemutar lagu digital yang menggunakan format file MP3. Masuknya Apple dengan produk Ipod pada tahun 2001 merubah tatanan industri. Apalagi sejak Apple meluncurkan Itunes pada tahun 2003 yang sangat memudahkan konsumen untuk mengunduh sebuah lagu. Kebetulan saat itu teknologi internet sudah jauh lebih maju, hanya dibutuhkan waktu kurang 4 menit untuk mengunduh sebuah lagu dalam format MP3. Sungguh ironi bahwa raksasa yang sudah menguasai industrinya selama bertahun-tahun bisa dikalahkan oleh pemain baru (Apple adalah pemain yang sama sekali baru dalam industri musik saat itu), bahkan dengan kualitas produk yang lebih jelek (format MP3 dibandingkan dengan format disc) dan dengan harga yang lebih mahal. Sebagai produk baru, IPOD mendapat sambutan yang bagus dari para penggunanya. Orang jadi tidak perlu lagi membeli kaset atau disc yang isinya antara 10 lagu atau 14 lagu . Dengan Ipod, orang hanya perlu membeli lagu yang disukainya dengan harga yang jauh lebih murah. Dari sisi kepraktisan, Ipod versi awal sudah mampu menampung sekitar 200 lagu yang setara dengan hampir 150-200 kaset atau compact disc. Para penyanyi ternyata mendukung kemunculan Ipod karena mereka juga diuntungkan dengan tidak harus menunggu berbulan-bulan menciptakan minimal 10 lagu untuk membuat sebuah album musik. Mereka bisa memasarkan lagunya secara bertahap. Tidak dibutuhkan waktu lama bagi Ipod untuk menggusur dominasi Sony. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah perusahaaan sebesar Sony tidak mampu menciptakan alat pemutar musik digital dengan merk sony yang saat itu jauh lebih terkenal dibandingkan Apple? Tentu saja bisa, tetapi kelembaman organisasi (inersia organisasi) membuat Sony enggan untuk berubah. Ketika Sony menyadarai bahwa dunia sudah berubah semuanya sudah terlambat. Pasar sudah menemukan mainan baru yang tidak mudah digantikan. Sang dinosaurus pun terpaksa harus punah. Dalam industri transportasi penumpang perkotaan di Indonesia, fenomena yang mirip juga terjadi. Bluebird dan taksi express yang sudah menguasai industri ini berpuluh tahun, mulai digoyang oleh pemain baru yang masuk. Kalau menganut peta persaingan tradisional, rasanya tidak mungkin ada yang mampu menggoyang kemapanan kedua raja di dunia taksi. Sumber daya strategis yang menjadi keunggulan bersaing dalam industri taksi yang sekaligus merupakan komponen investasi terbesar adalah jumlah armada dan perijinan. Keduanya sulit untuk dikalahkan oleh para pesaing tradisional yang baru masuk. Bluebird memiliki jumlah armada mendekati 40.000 unit sementara Express sebagai saingan terdekatnya memilki hampir 10.000 unit armada. Keduanya, terutama Bluebird, juga memiliki citra yang sangat bagus di mata pelanggan, terutama dalam hal keamanan. Banyak pemain kecil baru yang mencoba memasuki industri ini, terpaksa terpinggirkan oleh dominasi kedua raksasa ini. Tanpa disangka, hanya dalam kurun waktu dua tahun terakhi, kemapanan keduanya terusik oleh pemain baru, yang bahkan tidak memiliki sumber daya strategis yang selama ini menjadi sumber keunggulan bersaing. Uber dan Grabcar pada hakikatnya adalah hanya sebuah aplikasi digital yang tidak memiliki armada sama sekali. Akibatnya dalam waktu pendek kedua pemain baru ini berhasil merebut pangsa pasar yang selama ini dikuasai oleh pemain tradisional. Bukan hanya menawarkan harga yang jauh lebih murah, keduanya bahkan "merampok" predikat "aman dan nyaman" yang selama ini identik dengan layanan Bluebird. Bahkan keduanya juga menawarkan pengalaman baru (new experience) bagi penumpang, yang sebagian besar tidak memiliki supir pribadi, untuk bekendara seolah memiliki mobil dan supir pribadi. Kata kuncinya adalah inovasi. Pertama inovasi pada value offering, yaitu dengan menggunakan aplikasi online yang user friendly dan memang sedang menjadi tren saat ini. Dengan aplikasi yang mudah digunakan ini, penumpang bisa memperkirakan ongkos angkut yang harus dibayarkan, bahkan termasuk estimasi waktu tempuh dan rutenya. Ini menghilangkan faktor ketidak pastian dan menigkatkan "rasa aman" dalam mengunakan jasa taksi online. Kedua adalah inovasi pada rantai nilai (value chain) perusahaanya dengan mengalihkan komponen biaya terbesar dalam industri taksi kepada pihak lain, yaitu pengemudi sehingga mampu menawarkan tarif angkut yang jauh lebih murah. Keberhasilan Uber dan grabcar dalam industri taksi, serta kemunculan banyak sekali market place yang menawarkan layanan e-commerce, sering disalah pahami oleh para entrepreneur start-up yang tergiur oleh peluang bisnis yang luar biasa ini. Mereka beranggapan bahwa hanya dengan memiliki aplikasi online saja bisa meningkatkan penjualan secara luar biasa. Ini jelas pemahaman yang keliru. Benar bahwa aplikasi online bisa mendorong penjualan. Tetapi penjualan online harus mampu menciptakan nilai tambah baru, yaitu efisiensi melaui pemangkasan rantai pasok dari produsen langsung ke konsumen, sehingga bisa menjual dengan harga yang lebih kompetitif. Satu hal lagi yang bisa kita pelajari dari kasus Uber adalah terus berinovasi. Salah satu contoh inovasi luar biasa yang sedang dirancang oleh Uber di Jerman adalah dengan negosiasi untuk membeli 100.000 unit armada Mercedes S-Class (walaupun ini bertentangan dengan konsep perusahaan merek didirikan) yang akan dimodifikasi menjadi auto drive taxi. Pilihan strategi ini diambil mengingat di Jerman komponen biaya terbesar dalam industri taksi bukan pada kendaraan dan perawatanya, tetapi pada komponen biaya pengemudi itu sendiri. Dengan auto drive taksi Uber kembali bisa memangkas biaya perusahaanya sehingga mampu menawarkan jasanya lebih kompetitif. Sekaligus ini menawarkan pengalaman baru bagi pelangga untuk menaiki kendaraan yang dikemudikan oleh robot. Tanpa inovasi terus menerus, Uber akan jadi Dinosaurus yang punah diterpa zaman. How to compete with this start-ups Gebrakan usaha-usaha rintisan yang mengerogoti para petahana seolah tidak menyediakan ruang gerak sama sekali bagi petahana. Keunikan yang berharga selama ini menjadi sumber keunggulan bersaing petahana seolah langsung tampak usang. Lalu yang menjadi pertanyaan dasar adalah bagaimana strategi bersaing yang harus dijalankan oleh petahana dalam menghadapi serangan usaha para rintisan. Menggunakan pendekatan RBV (Resourced Based View) yakni keunggulan bersaing perusahan bukan berasal dari persepsi pelanggan terhadap perusahaan, tetapi berasal dari dalam perusahaan. Keunggulan ini berupa kombinasi sumber daya unik, dimana tidak semua sumber daya akan bisa menjadi sumber keunggulan bersaing perusahaan. Hanya sumber daya yang bersifat VRIN, yaitu Valuable (berharga), Rare (jarang yang memiliki), In-imitable (susah untuk ditiru) dan Non-substituable (tidak mudah digantikan) yang mampu membedakan satu perusahaan dengan perusahaan lain dan menjadi sumber keunggulan bersaing. Hanya perusahaan yang memiliki sumber daya dengan keempat karakteristik tersebutlah yang akan memilki keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Dalam sebuah industri, biasanya petahana memilki pangsa pasar yang dominan, sekaligus juga memiliki kombinasi sumber daya yang jauh lebih lengkap. Hal pertama yang harus dilakukan oleh petahana adalah tanggap terhadap perubahan lingkungan eksternal. Menurut Jagdish Shet (2007) dalam bukunya yang berjudul "Self Destructive habits of Good Companies", keengganan untuk berubah ini terkenal dengan nama kelembaman organisasi (organisation inertia). Perusahaan yang sudah besar dan mendominasi pasar biasanya kehilangan kelincahan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Padahal perubahan lingkungan bisa membuat kombinasi sumber daya yang tadinya bersifat VRIN bisa menjadi kehilangan keunikanya. Yang paling menarik adalah karakteristik keempat dari kombinasi sumber daya, yaitu non-substituable. Kemajuan teknologi dan perubahan lingkungan membuat usaha usaha rintisan yang mengandalkan aplikasi mampu mendobrak kemapanan dengna melakukan subtitusi atas kombinasi sumber daya yang dimiliki oleh petahana yang mustahi untuk ditiru dalam waktu dekat. Memang sumber dayanya tidak bisa ditiru tetapi disubstitusi atau digantikan dengan sumber daya lain. Kombinasi sumber daya yang dimiliki dan dikembangkan perusahaan itu bersifat ketergantungan pada investasi sebelumnya (Path Dependent). Artinya kapabilitas sumber daya yang dimiliki saat ini pada hakikatnya adalah akumulasi dari sumber daya yang sudah dilakukan oleh perusahaan di masa masa sebelumnya. Walaupun sumber daya dan strategi keduanya sudah kelihatan "gamblang" tetapi sebenarnya banyak pengetahuan yang tidak tergambarkan dengan sempurna sehingga tidak mudah untuk ditiru (Causal Ambiguity). Kombinasi sumber daya pada hakikatnya saling terrkait dan terbangun dri hubungan antar aktor dilingkunganya (Socially Complex). Inilah yang paling menyulitkan untuk meniru sumber daya tersebut. Ketiga alasan ini harusnya disadari oleh petahana agar terus melakukan akumulasi dan mengembangkan kombinasi sumber dayanya. Ada tiga konsep yang bisa digunakan sebagai strategi bersaing bagi petahana. Konsep pertama adalah konsep Core Competence (Shaping the industry) yang dikemukakan oleh Prahalad dan Hamel (1990) dalam bukunya yang berjudul "Competing For the Future". Dalam konsep ini perusahaan perlu membangun kapabilitas untuk melakukan foresight bukan sekedar forecast. Forecast adalah kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, lalu membangun skenario untuk masing-masing kemungkinan yang terjadi. Foresight lebih dari itu, yaitu kemampuan mempengaruhi agar ramalan yang dihasilkan benar benar terjadi dengan mempengaruhi lingkungan atau aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Dengan memilki kapabilitas foresight maka perusahaan petahana mampu untuk menentukan arah perkembangan industri. Tentu saja kemampuanini hanya bisa dilakukan oleh petahana yang dominan di industrinya. Dengan kata lain ini hanya bisa dilakukan oleh raksasa raksasa yang tidak tidur dan terlena. Konsep kedua yang ditawarkan adalah konsep kapabilitas dinamik (Dynamic Capability) dimana perusahaan harus senantiasa mencermati perubahan yang terjadi di lingkungan dan sesegera mungkin menyesuaikan kombinasi sumber daya yang dimilkinya. Memahami dan menyadari adanya perubahan yang terrjadi dilingkunganya, memiliki motivasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dan melakukan perubahan tersebut. Perusahaan tidak boleh terlambat. Konsep ketiga yang digunakan adalah konsep orkestrasi sumber daya (Resource Orchestration) dimana perusahaan harus mampu melakukan orkestrasi terhadap kombinasi sumber daya yang dimilikinya. Salah satu kemampuan untuk pengembangan kapabilitas dalam oorkestrasi sumber daya adalah pioneering. Dalam hal ini perusahaan harus mampu menjadi yang pertama dalam memiliki kapabilitas tersebut. Menjadi yang terdepan bukan berati semuanya harus dikembangnkan sendiri, tetapi bisa juga dilakukan kolaborasi dengan pihak lain atau bahkan melakukan investasi di perusahaan perusahaan rintisan yan memiliki keunggulan teknologi. Banyak pilihan strategi yang bisa diambil oleh petahana untuk mempertahankan keunggulan bersaingnya. Semua berpulang kepada kemauan perusahaan untuk menyesuaikan diri. Raksasa yang tidak tidur akan susah dikalahkan oleh pemain baru.

Masyarakat dan ekonomi berbagi

Ekonomi Berbagi "Dari Masyarakat, Oleh Masyarakat, Untuk masyarakat" Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi telah merambah ke segala bidang, dan akan terus terjadi, sehingga manusia modern yang terkoneksi secara global akan terkena dampaknya. Karena itu ekonomi berbagi memang sebuah fenomena yang harus kita sambut kelahiran dan perkembanganya. Google, Ebay, Alibaba, Amazon, Youtube dan Facebook adalah perusahaan perusahaan yang mampu melihat kesempatan tersebut. Mereka mengembangkan panggung (platform) yang memudahkan semua aktor terlibat dalam penciptaan nilai konsumen, pengiklan, contents provider, apps developer, dan insinyur perusahaan untuk berinteraksi dengan mereka. Konsepnya sendiri belum banyak dipahami oleh para pelaku bisnis, tetapi dampaknya sudah sangat terasa. Kemunculanya tiba-tiba tetapi mampu menggoncang kemapanan para petahana (incumbents). Ekonomi berbagi diartikan sebagai model ekonomi dimana orang atau sekelompok orang mampu menghasilkan uang dari sumber daya miliknya yang diutilisasi sehingga memberi jasa bagi orang atau sekelompok orang lain, melalui perantara online platform. Dalam konsep tradisional, konsep ini lazim dilakukan tanpa melalui perantara tersebut. Karena itu dalam perspektif perusahaan, ekonomi berbagi bisa didefinisikan sebagai model bisnis dimana perusahaan tidak berusaha memenuhi sendiri semua sumber daya kritikal yang dibutuhkan, melainkan mengakses, meminjam atau menyewanya dari masyarakat pemilik sumber daya dan kemudian diutilisasi kepada masyarakat. Mengapa fenomena ekonomi berbagi tidak menjadi trending topic di masa lalu tetapi baru terjadi pada saat ini? Penyebab utamanya adalah penggunaan online platform, yang membuat informasi bisa diakses dengan lebih cepat dan fleksibel, sehingga menarik minat pelanggan. Mungkin sebagian orang tidak menyadari bahwa fenomena ekonomi berbagi sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Pada industri perbankan tidak semua dana dimiliki oleh perusahaan tetapi merupakan titipan dari masyarakat. Dana tersebut disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Koperasi yang merupakan model ekonomi tradisional masyarakat Indonesia pun bisa dikatakan memaknai konsep tersebut. Intinya, fenomena ini merebak ke banyak sektor industri yang tidak terbayangkan sebelumnya, serta mengubah tingkat persaingan di industri tersebut. Ekonomi berbagi dilihat sebagai peluang bisnis baru (perspektif investasi) yang sering menimbulkan revolusi bagi kemapanan (persepektif ekonomi) dan berujung pada reaksi keras dari berbagai pihak lain (terutama dari perspetif perusahaan petahan dan pemerintah). Produk dan jasa yang ditawarkan ekonomi berbagi merupakan sesuatu yang unik dan bernilai. Disebut unik karena berbeda dari produk tradisional, dalam arti memberi pengalaman baru yang menyenangkan atau lebih nyaman sehingga pelanggan ingin mengulanginya di kemudian hari. Dari sisi pelanggan bernilai berarti benefit yang dirasakan lebih besar (manfaatnya relatif mirip dengan produk dan jasa tradisional namun dengan harga yang relatif lebih murah). Pada sisi perusahaan bernilai berarti pelanggan bersedia membayar pada harga yang ditetapkan, sehingga perusahaan memperoleh pendapatan yang diharapkan. Perspektif perusahaan ekonomi berbagi. Perusahaan menciptakan nilai ekonomis dari jasa fee sebagai mediator (istilah keren untuk calo). Namun demikian nilai utama yang disasar bukanlah dari jasa remediasi. Nilai ekonomis yang lebih besar bisa diperoleh bila perusahaan mampu memperbesar aset tidak kasat mata (intangible asset), khusunya jumlah pihak yang berhasil dihubungkan (transaksi). Realisasi nilai ekonomis terjadi antara lain, saat perusahaan mampu mengundang invetor baru untuk menanamkan modalnya, baik secara privat. Perusahaan tidak menyasar dividen (keuntungan hasil usaha) tetapi capital gain (keuntungan yang timbul akibat kenaikan harga saham) yang nilainya bisa puluhan kali lipat dari modal awal yang ditanamkan. Kumpulan database transaksi merupakan salah satu indikator keberhasilan utama, maka perusahaan ekonomi berbagi ingin mencapai skala tersebut secepatnya (sizeable to attract bigger investors). Tidak mengherankan pada awal beroperasinya, banyak perusahaan yang menawarkan subsidi atau insentif untuk menstimulus pemilik sumber daya dan pengguna dari sisi finansial walaupun tidak jarang mengalami laba negatif juga di awal. Bagi perusahaan ekonomi berbagi, keunggulan bersaing bisa dicapai dengan memaksimalkan kombinasi empat sumber daya yaitu teknologi online, reputasi, koordinasi dengan pemerintah dan pengelolaan database transaksi. Secara umum, maraknya fenomena ekonomi berbagi bisa menggeser kebiasaan orang, dari semula ingin memilki (beberapa) sumber daya menjadi hanya ingin menyewa atau meminjamnya (rent or borrow rather than buy). Strategi bertumbuh perusahaan ekonomi berbagi Sumber pendanaan bagi pertumbuhan perusahaan ekonomi berbagi tidak mungik sepenuhnya ditopang oleh pertumbuhan aset yang bersifat organik. Dana pihak ketiga berupa pinjaman juga merupakan hal yang mustahil karena sumber daya yang dimiliki perusahaan sebagian besar adalah sumber daya yang bersifat intangibles. Maka satu-satunya sumber permodalan yang memungkinkan adalah mengundang masuknya investor strategis baru ke dalam perusahaan. Biasanya konsep ekonomi berbagi dijelaskan dengan teori value network dimana melihat perusahaan mendapatkan nilai(keuntungan) karena peranya sebagai penghubung antara satu pihak dengan pihak yang lain. Contoh perusahaan yang menggunakan konsep value network adalah bank dan perusahaan telekomunikasi. Dalam bisnis tradisional seperti perbankan dan telekomunikasi jelas terlihat bahwa keuntungan utama perusahaan memang didapatkan dari posisi perusahaan sebagai penghubung antara satu pihak dengan pihak lain. Perusahaan menfapatkan revenue dengan memungut biaya jasa atas penggunaan posisi mereka sebagai penghubung. Biaya jasa inilah yang menjadi fokus perhatian utama dari perusahaan. Dalam konsep ekonomi berbagi modern, fokus utamanya bukan mendapatkan keuntungan semata atas biaya jasa. Yang menjadi fokus perhatian bagi perusahaan yang beroperasi memanfaatkan aplikasi online dengan konsep ekonomi berbagi yakni pertumbuhan nilai perusahaan (corporate value) akibat banyaknya traffic (pemakai aplikasi). Kecepatan dan akselerasi memang menjadi kunci kesuksesan perusahaan ekonomi berbagi. Kecepatan dan akselerasi inilah yang sangat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kecepatan mendapatkan traffic (pengguna aplikasi) sebanyak-banyaknya akan berdampak langsung pada peningkatan nilai perusahaan. Kecepatan dan akselerasi ini menjadi faktor kritis karena secara umum sumber daya strategis (strategic assets) yang dimiliki perusahaan hanya "dipinjam" dari masyarakat. Semakin cepat perusahaan bisa mendapatkan traffic sebanyak-banyaknya maka reputasi perusahaan akan meningkat dan perusahaan bisa menjadi penentu aturan baru dalam industri. Ini yang menjadi keunggulan perusahaan/produk sehingga pesaing yang masuk belakangan akan kesulitan mengikuti aturan main yang sudah ditentukan oleh perusahaan yang pertama kali masuk ke pasar (prime mover) dan segera menjadi besar. Belajar dari GO-JEK Hanya dalam waktu kurang dari 2 tahun, Go-Jek mendapatkan investor yang bersedia memanamkan modal sebesar Rp.480 M, yaitu Northstar Group, sebuah perusahaan investasi yang memang banyak melakukan penanaman modal di start-up companies (perusahaab rintisan). Pada Agustus 2016 perusahaan ini kembali mendapatkan kucuran dana sebesar $550 juta (7.2 Triliun) yang kemudian menobatkanya menjadi perusahaan rintisan "unicorn" pertama dari Indonesia. Merujuk pada data yang dilansir Tech in Asia, persentase pertumbuhan pemesanan layanan Go Jek masih sangat tinggi meski mengalami penurunan pada tahun ini. Untuk diketahui, pada Juni 2016, Go-Jek mencatatkan rata-rata 667000 pemesanan per hari. Hingga saat ini, keuangan Go-Jek memang masih belum memberikan profit. Jangankan pemasukan, Go-jek masih terus-terusan mengeluarkan uang agar bisnisnya tetap berjalan. Namun, dalam bisnis valuasi (pendanaan yang dibuktikan dengan potensi), investor membeli masa depan. Dengan potensi yang sedemikian besar, dan belum tereksplorasinya keseluruhan pasar di Indonesia, serta ditambah rencana ekspansi ke Asia Tenggara, investasi pada Go-jek jelas sangat menggiurkan investor. Dengan pesatnya perkembangan kelas menengah, meningkatnya kepadatan penduduk di perkotaan dan demografi kaum muda yang akrab dengan internet, Go-jek berada pada posisi yang baik untuk menjadi platform layanan harian berfrekuensi tinggi dalam segi transportasi, makanan, pembayaran dan logistik masa depan. Strategi promosi Go-jek dapat dikatakan cukup ekstrem karena mungkin belum pernah dilakukan sebelumnya. Misalnya Go-jek menetapkan biaya tetap bagi pengguna sebesar Rp.15.000 per perjalanan, dimana untuk setiap perjalanan Go-jek memberikan subsidi sebesar Rp.30.000,- sehingga total yang diterima penegmudi Go-Jek adalah sebesar Rp.45.000. Dari sisi pelanggan, harga yang sangat kompetitif ini tentu mengundang minat para konsumen untuk mencicipi sementara dari driver go-jek jelas ini sangat menguntungkan karena mereka dengan sangat mudah untuk mendapatkan pelanggan. Kalau sehari ada 1000 pelanggan baru yang mencoba layanan Go-jek, biaya yang ditanggung Go-jek adalah sebesar Rp.30 juta per hari, dalam kurun waktu satu bulan, total biaya subsidi hanya Rp 900 juta. Berarti ada 30 x 1000 orang, yaitu 30.000 orang dalam satu bulan yang mencicipi layanan Go-jek. Jika dikalikan angka dalam satu tahun maka anggaran promosi yang dibuthkan kira-kira 10 miliyar dan didapatkan 30.0000 pelanggan yang menggunakan aplikasi Go-jek. Angka ini tentu sangat kecil bila dibandingkan dengan besarnya modal yang masuk melalui venture capital (perusahaan modal ventura) sementara iklan di media massa yang mahal belum tentu akan menarik calon pelanggan untuk mencoba layanan "baru" yang ditawarkan. Sedangkan dengan konsep subsidi di atas sangat jelas bahwa subsidi meningkatkan traffic yang berujung pada peningkatan capital gain bukan revenue. Contoh lain yang paling ekstrem adalah perusahaan penyedia layanan pesan Whatsapp yang bahkan hampir bisa dikatakan sama sekali tidak memiliki revenue (pendapatan) bisa laku dijual kepada Facebook pada harga 19 milliar dolar AS yang setara dengan Rp.250 trilliun. Bahkan nilai perusahaan Facebook sendiri kini sudah mencapai lebih dari 110 miliar dolar US atau setara dengan 1500 triliiun atau lebih dari separuh APBN Indonesia pada tahun 2016. New Rules of the Industry Dari fenomena yang ada saat ini bisa dicermati bahwa yang dibagikan adalah sumber daya berwujudnya, tidak dimiliki namun bisa diakses oleh perusahaan. Sementara perusahaan ekonomi berbagi melakukan akumulasi sumber daya nirwujud (intangible assets) berupa reputasi perusahaan, aplikasi berbasis teknologi yang ramah pengguna dan traffic serta database yang berhasil dikumpulkan tiap pengguna aplikasi. Sumber daya nirwujud ini yang kemudian dimonetisasi sehingga menghasilkan nilai perusahaan (corporate value) yang bertumbuh pesat. Perusahaan hanya bisa mendapatkan pelanggan bila memiliki posisi yang unik dan berharga di mata pelanggan. Keunikan yang paling berharga di mata pelanggan jelas adalah struktur sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dimana mampu menghasilkan produk atau jasa dengan biaya yang sangat rendah, karena memang tidak harus memiliki sepenuhnya sumber daya yang ada, tetapi bisa memiliki akses terhadap sumber daya tersebut. Akibatnya perusahaan mampu untuk menawarkan produk atau jasa dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang mengandalkan strategi bersaing tradisional. Porter (1980) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Strategi bersaing (Competitive Strategy) bahwa hanya perusahaan yang memiliki keunggulan biaya yang akan mampu menggunakan strategi keunggulan harga (Overall Cost Leadership) sebagai keunggulan bersaingnya. Barang siapa yang memiliki keunggulan ini akan terus berkembang, sampai ada pesaing yang mampu menawarkan keunikan baru yang mendobrak kemapanan (creative distruction). Keunikan berharga ini yang ditawarkan oleh perusahaan yang menggunkan konsep ekonomi berbagi. Yang tidak mampu berubah akan punah di telan perubahan.

e Commerce Pos Indonesia

Mengenal Layanan Pendukung Bisnis e-Commerce Pos Indonesia Bisnis e-commerce di Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan pertumbuhan yang cepat baik dari sisi pelaku bisnis, insfrastruktur pendukung maupun nilai transaksi. Meski demikian banyak pengamat menilai pertumbuhan yang sedang terjadi masih belum mencapai titik puncaknya. Masa depan bisnis e-commerce di Indonesia masih akan terus tumbuh dan berkembang. Dalam menjalankan bisnis e-commerce setidaknya dibutuhkan 3 pilar utama, yaitu; toko online (webstore), sistem pembayaran (e-payment), dan sistem distribusi/antaran (e-shipping). Untuk meraih potensi pasar e-commerce yang sangat besar tersebut, PT Pos Indonesia membangun sistem pendukung 3 pilar utama yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bagi para pelaku bisnis ini. Pada kesempatan ini penulis ingin memperkenalkan secara singkat layanan pendukung bisnis e-commerce PT Pos Indonesia dalam rangka sharing knowledge bagi seluruh karyawan. 1. E-marketplace Galeri UKM Salah satu pilar bisnis e-commerce adalah toko online (webstore). Salah satu platform dari toko online adalah marketplace. Pengertian marketplace secara sederhana adalah situs web tempat berkumpulnya produk-produk dari merchant atau penjual untuk dijual secara online dimana transaksi dilakukan dalam sistem web namun stock barang berada pada merchant/penjual. Brand marketplace PT Pos Indonesia adalah Galeri UKM dengan alamat situs www.galeriukm.co.id (namun saat ini masih menggunakan alamat www.galeripos.co.id). Tujuan dibangun Galeri UKM adalah untuk meningkatkan kiriman surat dan paket karena semua transaksi yang terjadi di Galeri UKM pengirimannya wajib menggunakan layanan Pos. Galeri UKM juga mempunyai tujuan strategis lain yaitu membantu pemerintah dalam mengembangkan UKM di Indonesia dengan pertimbangan UKM adalah penopang utama ekonomi nasional. Singkatnya Galeri UKM adalah bentuk dukungan nyata PT Pos Indonesia pada program pemerintah. Produk-produk yang bisa ditampilkan di Galeri UKM hanya produk UKM. Produk import tidak dapat dijual di Galeri UKM. Hal ini dimaksudkan juga sebagai diferesiansi dengan marketplace lain terutama marketplace besar seperti Bukalapak, Tokopedia, Elevania, Blibli dan sebagainya. Galeri UKM dibangun bukan sebagai kompetitor marketplace-marketplace tersebut, karena tujuan utama PT Pos Indonesia adalah menjadi pilihan utama shipping/delivery dan payment dari seluruh pelaku bisnis e-commerce. Harapannya adalah seluruh karyawan PT Pos Indonesia dapat menjadi member Galeri UKM dengan melakukan registrasi pada situs www.galeripos.co.id. Dan pada saatnya, seluruh Kantor Pos harus menjadi pendorong para pelaku UKM di wilayah kerjanya untuk memulai bisnis online dan memasang produknya di Galeri UKM. 2. E-payment Pos2Pay Pos2Pay adalah nama brand sistem pembayaran belanja online dengan alamat situs www.pos2pay.co.id. Pada dasarnya Pos2Pay adalah rekening virtual. Jika pembaca sudah mengenal Paypal, pada dasarnya Pos2Pay adalah Paypal versi Indonesia. Diharapkan nantinya Pos2Pay akan menjadi solusi dan pilihan utama sistem pembayaran e-commerce. Agar tidak terjadi kesalah pahaman antara Pos2Pay dan MPosPay, berikut dijelaskan tentang kedua fitur layanan baru perusahaan tersebut. Persamaan antara keduanya adalah, Pos2Pay dan MPosPay adalah sama-sama rekening virtual dan sama-sama berbasis pada Giro. Perbedaannya adalah, kalau MPosPay untuk transaksi pembayaran di PosPay sedangkan Pos2Pay untuk transaksi pembayaran belanja online. Perbedaan lainnya adalah jika MPosPay berbasis aplikasi android, sedangkan Pos2Pay berbasis web. Target market Pos2Pay adalah para pelaku bisnis e-commerce baik yang mempunyai toko online sendiri maupun yang hanya berjualan di forum media sosial dan media messenger. 3. E-shipping ECPos Pilar ketiga dalam bisnis e-commerce adalah shipping/delivery. Pilar ini adalah bisnis inti PT Pos Indonesia sebagai perusahaan kurir. Brand layanan pendukung shipping e commerce PT Pos Indonesia adalah ECPos dengan alamat situs www.ecpos.co.id. Pada intinya ECPos adalah API (aplication protocol interface) Ipos yang diperluas. Jika API yang selama ini biasa dipergunakan hanya memiliki fitur jejak lacak, tarif dan kodepos maka ECPos lebih luas lagi dimana situs toko online yang memasang API ECPos akan terintegrasi dengan sistem Ipos. Selama ini belum ada perusahaan jasa kurir lain yang mempunyai aplikasi pendukung sebagaimana ECPos. Target market ECPos adalah para pelaku bisnis online yang mempunyai toko online sendiri. Terutama adalah toko online besar dan yang telah mempunyai reputasi baik. Galeri UKM, Pos2Pay dan ECPos bisa dipasarkan kepada pelaku bisnis e-commerce ketiganya sekaligus, dua pilar saja, atau masing-masing pilar sesuai kebutuhan target pasar. Demikian sekilas pengenalan tentang layanan pendukung bisnis E-Commerce PT Pos Indonesia.